PELAKSANA Tugas (Plt) Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman optimis Visi Riau 2020 bakal terwujud sesuai harapan. Sebab, saat ini Riau sudah menjadi pusat pertumbuhan di Sumatera dan sudah diperhitungkan di tingkat Asia Tenggara. Hal itu disampaikan Gubri dalam forum silaturrahmi dengan masyarakat Riau di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Gubri menyebut bahwa Visi Riau 2020 merupakan kehendak segenap masyarakat Riau. Riau diharapkan pada 2020 mampu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan budaya Melayu di Asia Tenggara. "Saat ini semua sudah on the track. Kita sudah diperhitungkan di Asia Tenggara. Dengan pertumbuhan ekonomi yang ada dan investasi yang masuk baik nasional maupun multinasional, kita sudah diperhitungkan. Pertumbuhan tenaga kerja juga luar biasa di Riau," ujar Plt Gubri.
Dan yang lebih menggembirakan, saat ini Riau menjadi pusat pertumbuhan di Sumatera. Itulah sebabnya, pemerintah pusat dalam menjalankan berbagai program kerja selalu menjadikan Riau sebagai sentral utama untuk kawasan Sumatera. Sebut saja, misalnya pembangunan sumatera railway dipusatkan di Pekanbaru. Dari Pekanbaru akan diteruskan track-nya baik ke Sumbar, Sumut maupun Jambi. Begitu juga dengan tol Sumatera. Dipusatkan di Pekanbaru.
"Beberapa hari yang lalu saya juga sudah melihat langsung dimana PLN menempatkan teknologi yang canggih di Pekanbaru. Pusat pengaturan beban PLN ada di Pekanbaru. Nanti pusat energi listrik ada di Siak," ujarnya Plt Gubri Lagi.
Dari segi budaya, Gubri juga mengaku sedang berupaya keras agar Riau menjadi kiblat utama budaya Melayu di Asia Tenggara pada 2020. Selain terus menjaga nilai-nilai budaya Melayu, Gubri juga mengatakan akan membentuk Dinas Kebudayaan yang nanti tugasnya menjaga dan mengembangkan budaya Melayu Riau. “Saya sudah bicarakan ini dengan pihak DPRD Riau. Kita tidak ingin Budaya Melayu Riau terpolusi oleh yang lain,” ungkapnya seraya menyebut contoh di salah satu daerah, ada yang sudah menggunakan permen sebagai pengganti sirih saat melakukan tari persembahan. Tentu saja hal-hal seperti ini tidak boleh terjadi di Riau, karena sudah keluar dari nilai-nilai budaya Melayu.
Karena perkembangan Riau yang mengembirakan, masyarakat di luar Riau berbondong-bondong datang ke Riau, sehingga pertumbuhan penduduk di Riau menjadi cukup tinggi. Saat ini jumlah penduduk Riau sudah mencapai 6,2 juta jiwa. Untuk Pekanbaru saja sudah melewati angka 1,1 juta jiwa.
Agar masyarakat Riau tidak terpinggirkan, maka pembangunan sumber daya manusia menjadi sangat penting. Pembangunan SDM ini seiring dengan reformasi birokrasi yang sudah dan sedang dilakukan Pemprov Riau. Untuk itu Plt Gubri juga menyebut bahwa APBD Riau saat ini tentu tidaklah cukup untuk membangun Riau. Apalagi DBH Migas yang selama ini diterima Riau terus menurun. Oleh karena itu, selain terus berupaya menggali potensi PAD, Pemprov Riau bersama seluruh kabupaten/kota juga harus bersinergi mengejar dana APBN. "Dengan bersinergi, pembangunan juga bisa lebih terarah," sebutnya.
Terkait soal pemerataan pembangunan, Gubri kembali menjelaskan strategi pembangunan yang sedang dijalankan Pemprov Riau, yakni dengan membagi wilayah Riau menjadi dua bagian, yakni Riau daratan dan Riau kepulauan. Selama ini, Riau kepulauan ternyata lebih tertinggal. Oleh karena itu, sudah disusun berbagai program pembangunan untuk itu. Antara lain dengan strategi merangkai pulau-pulau dengan pembangunan pelabuhan roro.
"Ini sudah masuk di APBN 2015. Jadi dari Kepulauan Meranti ke Bengkalis sudah ada roro. Buton ke Tebing Tinggi, Tebing Tinggi ke Pulau Rangsang. Buton ke Pulau Padang. Dari Pulau Padang ke Bengkalis. Begitu juga dari Pulau Rupat ke Dumai dan lainnya,"ujar Gubri.
Pemprov, tegas Gubri, juga fokus membangun infrastruktur Pelabuhan Tanjung Buton dan Kuala Enok. Ini untuk mengurangi antrian di Pelabuhan Dumai yang demorage-nya sudah sampai seminggu. “Jadi Pelabuhan Buton di tengah, Kuala Enok di Selatan. Kalau untuk pembangunan Pelabuhan Dumai, kita bisa masuk dalam program poros maritim pemerintahan Jokowi-JK. Dianggarkan di APBN,” ungkapnya lagi.(adv)