RS AWAL BROS PANAM

Cegah Pikun Sedini Mungkin

Advertorial | Jumat, 08 September 2017 - 10:52 WIB

Cegah Pikun Sedini Mungkin
dr Andre Lukas SpS

BAGIKAN



BACA JUGA


(RIAUPOS.CO) - PENYAKIT kepikunan ditandai dengan hilangnya ingatan atau kesulitan seseorang untuk memperoleh informasi yang sudah tersimpan di dalam otak. Meskipun kepikunan adalah bagian umum dari penuaan, kondisi ini juga dapat berupa sebuah gejala penyakit atau efek samping dari konsumsi obat-obatan atau suatu tindakan.

Penyakit pikun atau lebih dikenal dengan sebutan istilah medis demensia merupakan serangkaian gejala, yaitu kehilangan memori, kesulitan berpikir dan pemecahan masalah bahkan bahasa. Demensia terjadi ketika otak mengalami kerusakan karena penyakit, seperti penyakit Alzheimer atau pun serangkaian stroke.

‘’Ingatan dapat dipengaruhi oleh proses penuaan. Semakin tua seseorang, berbagai macam proses dan reaksi kimia terjadi pada beberapa organ vital, salah satunya adalah otak. Perubahan ini di sisi lain dapat mempengaruhi bagian pada otak yang bertanggung jawab dengan sistem saraf panca indera dan ingatan. Ini dapat menjelaskan bagaimana orang yang usianya lebih tua lebih sulit belajar hal yang baru atau mengingat informasi yang baru,’’ ujar Dokter Spesialis Saraf dr Andre Lukas SpS, Rabu (30/8).  

Penyakit demensia bisa dipengaruhi beberapa hal yakni gangguan neurologis degeneratif, seperti penyakit alzheimer, penyakit parkinson, penyakit huntington, dan beberapa jenis sklerosis multiple, gangguan pembuluh darah yang menyebabkan kematian beberapa sel otak dan menyebabkan demensia, cedera otak akibat kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh, infeksi sistem saraf pusat seperti meningitis, HIV, dan penyakit sapi gila, penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau alkohol dalam waktu lama, depresi, beberapa jenis hidrosefalus yang dapat diakibatkan oleh kelainan perkembangan, infeksi, cedera, atau tumor otak.

Dr Andre juga memaparkan, ada beberapa jenis demensia yakni demensia kortikal dan demensia subkortikal, tergantung pada bagian otak yang terkena. Demensia kortikal terjadi akibat adanya gangguan pada korteks serebral, yaitu lapisan terluar dari otak yang berperanan penting dalam kemampuan berpikir, termasuk daya ingat dan berbahasa.

Penyakit Alzheimer dan penyakit sapi gila merupakan 2 jenis demensia kortikal. Penderita demensia kortikal mengalami gangguan daya ingat berat yang menyebabkan mereka tidak dapat mengerti dan mengenali bahasa serta kata-kata. Sedangkan demensia subkortikal terjadi akibat disfungsi beberapa bagian otak di bagian bawah korteks. Penderita biasanya tidak menunjukkan gangguan daya ingat dan kesulitan berbahasa. Beberapa contoh demensia subkortikal adalah pada penderita penyakit parkinson, penyakit huntington, dan demensia akibat AIDS, yang biasanya mengalami perubahan kecepatan berpikir dan kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan atau aktivitas.

Ada demensia multiinfark, terjadi gangguan pada kedua bagian otak, yaitu korteks serebral dan subkortikal. Demensia jenis ini jarang terjadi. Demensia ini memiliki gejala-gejala, untuk itu pasien dan keluarga diharapkan bisa melihat adanya gejala-gejala ini yakni kebiasaan melupakan hal-hal tertentu tidak harus membuat panik seseorang.

Pada dasarnya, seseorang perlu berkonsultasi dengan dokter jika kesulitan mengingat ingatan jangka pendek, kesulitan dalam meingingat nama atau mengenali wajah, tersesat di lokasi yang sudah familiar, mengalami kebingungan, kehilangan keahlian secara berangsur-angsur, kesulitan berbicara atau omongan yang terbata-bata, kebiasaan mengulang suatu informasi yang sama berulang-ulang, sering menanyakan pertanyaan yang sama, kesulitan mengikuti arahan, mengalami perubahan kemampuan belajar, mengalami perubahan sikap atau suasana hati yang tiba-tiba, sering salah menyebutkan nama benda (misalnya menyebut piring sebagai sebuah garpu).

Dr Andre juga menerangkan apa saja yang menjadi faktor penyebab demensia.Usia lanjut. Pedang yang sudah usang pasti akan berkarat. Tubuh yang telah menua pasti akan melemah. Otak yang telah mengalami turun mesin pasti akan menjadi usang. Faktor usia tidak dapat dicegah oleh siapapun di dunia ini. Kami melihat bahwa itulah juga yang membatasi dan mengurangi kemampuan produktivitas seseorang. Oleh karena itu, manfaatkan masa mudamu sepositif mungkin agar tidak terbuang sia-sia sebab di masa tua penurunan fungsi organ (termasuk otak) melemahkan kemampuan total yang dapat direalisasikan/dikeluarkan.

Kebiasaan yang enggan berfikir (mengosongkan pikiran). Pikiran harus senantiasa diasah dengan cara berkonsentrasi pada sesuatu. Terlalu lama membuat pikiran kosong sama saja dengan menyimpan motor di gudang yang lama-kelamaan akan berkarat dimakan waktu. Jika pikiran tidak digunakan dalam waktu lama atau tidak sering diasah maka akan menjadi tumpul yang berimbas pada kemampuan memori otak yang menurun.

 Makanan yang tidak seiimbang. Asupan makan yang tidak mencukupi akan menyebabkan gizi buruk. Tetapi konsumsi makanan yang tidak seimbang membuat proses pertumbuhan dan perkembangan mengalami kelainan, tidak berimbang bahkan menimbulkan penyakit juga (termasuk gejala pikun). Tahukah anda bahwa cairan otak merupakan salah satu senyawa elektrolit yang mengandung garam isotonik untuk menjaga stabilitasnya.

Penyakit tertentu-alzhaimer. Sebelum seorang pasien menderita alzhaimer telah terjadi proses perantara yang kadang tidak disadari dan tidak teramati dengan jelas, yang disebut sebagai kelemahan kognisi ringan (mild cognitive impairment). Pikun alzhaimer menunjukkan beberapa tahapan gejala sebelum menjadi suatu penyakit yang kentara bagi kehidupan seseorang. Awalnya berupa gejala mudah lupa dan cepat lupa yang dapat dijumpai pada lansia (lanjut usia) kemudian berlanjut menjadi pikun yang disebut juga demensia.

Cara mengobati pikun (demensia) agar tidak semakin lupa-ingat di usia dini. Kepikunan adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti oleh para lansia di negara-negara yang sudah mencicipi kemajuan. Dengan beberapa teknik khusus gejala kurang daya ingat dapat dikurangi bahkan ditekan seminimal/sekecil mungkin.

Apa saja itu? Senantiasa memusatkan pikiran kepada Tuhan, beraktivitas dan jangan diam terus seharian, Jika Anda sudah berumur dan anak-anak sudah dewasa sehingga ada kecenderungan tidak ada kerjaan alias diam saja. Karena anak sayang sama orang tuanya maka semua pekerjaan mereka hendle (diselesaikan). Seharian duduk saja sambil menonton televisi jelas tidak baik bagi kesehatan otak. Oleh karena itu, jangan biarkan anak terlalu memanjakan orang tuanya melainkan ambil beberapa pekerjaan ringan untuk diselesaikan sendiri sebab tanpa aktivitas memberi manfaat maka hidup akan menelanmu menjadi seorang penderita pikun akut maupun kronis.

Berkomunikasi dengan sesama. Jumlah kata yang keluar dari mulut Anda ditentukan oleh memori (daya ingat) dan kecerdasan. Jangan menyendiri terus seharian melainkan gunakan beberapa kosa kata positif untuk saling berkomunikasi atau setidaknya saling berbagi informasi dengan sesama manusia. Ramah tamah juga merupakan salah satu indikator kecerdasan intelektual dan emosional seorang manusia. Hewan-hewan (terutama pemangsa) di padang belantara juga tidak dapat melakukannya kecuali semut. Oleh karena itu, belajarlah ramah teman.

‘’Ingatlah bahwa komunikasi tidak hanya dilakukan secara tatap mata (komunikasi langsung) melainkan dapat juga diungkapkan melalui karya seni (tulisan, pantun, cerpen, cerita, lukisan, patung, ukiran, puisi, lagu, tarian dan lain sebagainya) dan bisa juga melalui teknologi (handphone, telepon, SMS,  gadget dan lain-lain),’’ katanya.

Belajar seumur hidup. Usia yang terus bertambah bukan berarti menghentikan proses belajar. Sudah lama meninggalkan bangku sekolah bukan berarti anda tidak butuh lagi yang namanya belajar. Oleh karena itu, untuk menepis penyakit pikun, anda harus senantiasa mengaktifkan otak salah satunya dengan belajar. Kitab Suci adalah buku pelajaran seumur hidup yang tidak pernah terabaikan bahkan di usia senja sekalipun. Kami sendiripun masih saja membacanya secara berulang-ulang agar daya ingat tidak mengalami penurunan fungsi.

Andapun bisa melakukannya secara rutin atau setidaknya bacalah buku-buku lainnya yang bermanfaat. Kurangi kejadian stress. Stress adalah masalah hati. Kemampuan anda memanajemen pikiran sangat tergantung pada angka kejadian stress. Bagaimana kami harus mengatakan kepada anda tentang dunia ini? Berusaha semaksimal mungkin, terima hasilnya apa adanya, hindari menolak tekanan (itu sudah sewajarnya, sudah sepantasnya), peduli dan santun/ ramah kepada sesama di saat yang tepat dan acuh tak acuh juga disaat yang tepat. Anda butuh pengalaman pribadi (langsung ke TKP) dan harus bijak dalam menentukan pilihan terbaik.

Konsumsi makanan seimbang. Asupan makanan yang seimbang harus tetap dijaga. Jangan hanya mengkonsumsi lauk pauk dan nasi saja melainkan baik juga untuk selalu mengkonsumsi sayuran. Jika uang tidak cukup untuk membeli buah-buahan maka dapat dikonsumsi satu atau dua kali seminggu saja. Namun untuk lebih hemat, andapun dapat mengkonsumsi buah ajaib, jeruk nipis setiap hari yang murah dan mudah di dapat.

Konsumsi air putih. Lebih dari separuh bahan penyusun (kandungan) otak adalah air bahkan lingkungan sekitarnya juga mengandung air elektrolit yang disebut sebagai cairan otak. Asupan cairan yang mencukupi turut membantu meningkatkan kinerja berpikir. Bila pikiran kekuarangan cairan maka akan terjadilah yang namanya bias berpikir (misalnya gejala fatamorgana di padang gurun). Biasanya untuk orang dewasa jumlah asupan air perhari kurang lebih 2 liter atau setara dengan 8 sampai 10 gelas.

Rutin berolahraga. Salah satu cara beraktivitas adalah dengan senantiasa berolahraga hari lepas hari. Anda harus mulai menjadwalkannya 15 – 30 menit dalam seminggu.***

Biasanya semakin banyak jenis aktivitas yang dilakukan maka semakin sehat memori otak. Oleh karena itu silahkan rutin melakukannya atau setidaknya melakukan senam.

Berhenti merokok dan jalani hidup sehat. Rokok dan alkhol sama-sama bahan kimia yang sifatnya keras. Untuk rokok, lebih baik bila anda berhenti sama sekali. Sedangkan untuk alkohol, kenali batasannya (satu gelas sehari), bila berlebihan jelas tidak baik dan memabukkan. Zat-zat kimia yang terkandung didalamnya dapat meningkatkan resiko penyakit pikun (demensia) di masa depan.***

Laporan HENNY ELYATI, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook