JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- FAO melaporkan bahwa harga pangan dunia mengalami kenaikan signifikan pada November lalu. Lonjakan dipicu harga daging dan minyak nabati yang melambung tinggi.
Indeks Harga Pangan FAO menunjukkan bahwa pada November lalu rata-rata produk pangan mencapai poin tertinggi untuk dua tahun terakhir. Lewat indeks tersebut, tiap bulan FAO memantau secara berkala harga sejumlah komoditas seperti sereal/gandum, minyak nabati, produk olahan susu, daging, dan gula.
Indeks tersebut memperlihatkan harga minyak nabati dunia meningkat hingga 150,6 poin, angka tertinggi sejak Mei 2018. Naiknya harga minyak nabati dipicu oleh stabilnya harga minyak sawit yang berpengaruh pada bertambahnya permintaan impor.
Sementara itu, mulai Oktober sampai November, harga daging kembali naik sebanyak 4,6 persen menjadi 190,5 poin. Angka itu menjadi yang tertinggi sejak Mei 2009.
Kenaikan harga daging dipicu oleh tingginya permintaan dari Tiongkok dan warga dunia lain jelang libur akhir tahun.
Rata-rata indeks harga gula dunia mencapai 181,6 poin atau naik 1,8 persen dari Oktober sampai November. Kenaikan itu dipicu oleh prediksi permintaan tinggi dari pasar.
Indeks harga pangan dunia FAO juga menunjukkan produk olahan susu rata-rata berada di kisaran 192,6 poin atau sedikit naik dari Oktober setelah sempat terus menurun pada dua bulan sebelumnya.
Sementara itu, produksi beras global akan mencapai 515 juta ton atau bertambah 1,6 juta ton dibandingkan dengan prediksi sebelumnya. Prediksi itu menunjukkan produksi beras menurun 0,5 persen ketimbang tahun lalu. (jpnn)
Sumber: Jpnn.com
Editor: Erizal