RIAUPOS.CO - Sinar Mas Agribusiness and Food lewat program Sawit Terampil terus mendukung petani sawit meningkatkan produktivitasnya. Inisiatif yang diluncurkan oleh Sinar Mas Agribusiness and Food bersama mitranya MARS dan Fuji Oil pada tahun 2020 ini memberikan dukungan komprehensif kepada petani swadaya melalui pembinaan kelompok dan bimbingan individu untuk membantu petani sawit meningkatkan praktik-praktik pertanian.
Saat ini lebih dari 500 petani yang memiliki lebih dari 900 hektar perkebunan kelapa sawit di Aceh Utara dan Langkat telah mengajukan permohonan untuk mendapatkan sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
"Pelatihan peningkatan kapasitas dan sesi pendampingan mengajarkan petani swadaya untuk menerapkan metode budidaya yang lebih berkelanjutan dan mempersiapkan diri untuk memenuhi persyaratan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan RSPO," ujar Dr. Götz Martin, Head of Sustainability and Strategic Projects, Sinar Mas Agribusiness and Food dalam keterangannya, Senin (29/5).
Program Sawit Terampil, menurutnya, merupakan komitmen Sinar Mas Agribusiness and Food untuk membantu petani swadaya dan masyarakat perdesaan berkembang melalui pendidikan, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan dari pertanian.
"Kami telah memanfaatkan jaringan mitra yang memiliki keterampilan dan keahlian yang memungkinkan program ini berkembang. Kami berterima kasih kepada mitra kami, MARS, Fuji Oil, Neste Oil dan Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH), yang mendukung program Sawit Terampil, serta Smart Research Institute (SMARTRI) dan mitra pelaksana kami, KOLTIVA," imbuhnya.
Sertifikasi ISPO merupakan tonggak penting bagi petani swadaya, mengikuti mandat pemerintah bahwa petani dan pabrik kelapa sawit yang beroperasi setidaknya harus memenuhi standar ISPO pada tahun 2025, serta mempersiapkan mereka untuk memenuhi persyaratan RSPO.
Bergerak menuju kesiapan sertifikasi
Petani swadaya mengelola 41 persen area perkebunan kelapa sawit di Indonesia, menjadikan mereka kontributor utama dalam meningkatkan standar keberlanjutan di industri ini. Namun, banyak petani yang tidak memiliki akses terhadap pelatihan agronomi formal, pengetahuan administratif, dan dukungan yang dapat membantu meningkatkan praktik-praktik pertanian mereka dan memenuhi persyaratan sertifikasi.
Sawit Terampil telah dirancang untuk menjawab tantangan-tantangan ini. Pada akhir kuartal pertama tahun 2023, proyek ini telah menjangkau sekitar 4.800 petani dengan kesempatan pelatihan dan pembinaan, yang telah melampaui target 4.500 peserta yang ditetapkan untuk akhir tahun 2023. Lebih dari 6.600 sesi pelatihan telah dilaksanakan, dengan total lebih dari 11.600 jam pelatihan sejak inisiatif ini diluncurkan.
Banyak dari petani ini telah membuat kemajuan dalam persyaratan administratif untuk mencapai kesiapan sertifikasi. Sebanyak 120 petani di Langkat dan Subulusaalam yang memiliki 112 bidang tanah telah memverifikasi legalitas tanah mereka – sebuah langkah penting menuju sertifikasi.
Di Aceh dan Sumatera Utara, lebih dari 2.500 petani yang memiliki lebih dari 2.700 bidang tanah telah menyelesaikan survei sertifikasi mereka, yang merupakan prasyarat untuk memverifikasi legalitas tanah mereka. Secara keseluruhan, lebih dari 3.000 petani telah mengambil langkah menuju kesiapan sertifikasi melalui partisipasi mereka dalam program Sawit Terampil.
Dr. Götz Martin, Head of Sustainability and Strategic Projects Sinar Mas Agribusiness and Food berbicara pada diskusi Meningkatkan keterampilan Petani Swadaya Indonesia melalui Program Sawit Terampil.(ISTIMEWA)
Kemajuan produksi dan produktivitas
Sesi pelatihan telah memberikan hasil materi yang dapat membantu mendukung mata pencaharian petani dengan meningkatkan hasil panen petani, mengurangi biaya input dan meningkatkan efisiensi pertanian.
Data Sawit Terampil menunjukkan bahwa petani yang telah mengikuti pelatihan mengalami peningkatan produktivitas perkebunan rata-rata sebesar 14 persen, dari 18,5 ton/ha/tahun menjadi 21,02 ton/ha/tahun, dengan jumlah pohon per hektar yang tetap. Kabupaten Langkat mengalami peningkatan produktivitas tertinggi sebesar 19 persen. Rata-rata produktivitas perkebunan rakyat secara nasional adalah 9,6 ton/ha/tahun.
Dr. Götz Martin, mengatakan, "Mendorong pembangunan ekonomi perdesaan merupakan inti dari pekerjaan kami dan membantu petani untuk meningkatkan keterampilan dan mendapatkan sertifikasi merupakan bagian penting dari upaya ini. Kami sangat senang dengan kemajuan yang telah kami lihat dalam program Sawit Terampil hingga saat ini, dan berharap dapat bekerja sama dengan lebih banyak mitra di masa depan untuk memberikan manfaat dan memberdayakan masyarakat."
Nassat Idris, Chairman of Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH), mitra terbaru yang bergabung dengan inisiatif ini, mengatakan, "Dukungan IDH untuk program Sawit Terampil sejalan dengan tujuan kami untuk memfasilitasi kemitraan dan menyatukan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih baik, pendapatan yang lebih baik, dan lingkungan yang lebih baik. Kami sangat senang dengan manfaat nyata yang telah diberikan oleh Sawit Terampil kepada petani swadaya dan masyarakat. Kami berharap dapat terus bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan dalam upaya memberdayakan petani dan masyarakat perdesaan, serta meningkatkan dampaknya melalui program kami."
Para peserta telah melaporkan hasil yang positif dari proyek ini. "Sejak saya bergabung dengan Program Sawit Terampil, saya belajar dimana saya bisa dan tidak bisa menanam karena legalitas lahan atau area dengan karbon tinggi. Sebelumnya, kami pikir kami dapat menanam kelapa sawit di mana saja karena berada di lahan kami," ujar Ardiyanto dari Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Petani lain dari daerah yang sama, Sutiyem, mengatakan, "Saya telah mengatakan kepada teman-teman saya yang belum bergabung dengan Sawit Terampil bahwa saya telah melihat banyak kemajuan dalam pendapatan saya dari perkebunan kelapa sawit. Sebelum saya mengikuti program ini, hasilnya sangat jauh berbeda dengan yang saya lihat sekarang. Dulu hasilnya hanya 700-800 kg [per bulan], tapi alhamdulillah sekarang sudah mencapai lebih dari 2 ton," pungkas Sutiyem mengenai program Sawit Terampil yang diikutinya.(ifr)